Langsung ke konten utama

Kelana kemana

Kamu sudah jauh.

    Manifestasi atau fantasi? Yang jelas aku masih merindukanmu dalam kenaifan dan bodohku. Terhitung 9 bulan setelah pernyataan tegasmu, aku masih ingin kita yang dulu. Kita yang asing namun berusaha bersanding. Kamu yang penuh rasa penasaran dan aku yang tetap kamu beri semangat di momen terburukku. Tidak menafikan, aku agak hina saat kemarin. Menjual periode terburukku untuk dapat bersanding. Adakah kesempatan kedua? Dengan aku yang lebih tegas dengan keputusanku, dengan kamu yang makin berjalan jauh. Jauh hingga tak tahu bagaimana caraku tuk membuat kepalamu menoleh sebentar. 

Apa kabar, dek?

Hanya itu energiku untuk sebatas tetap terhubung denganmu. Masih teringat harapanmu pada malam pergantian tahun kala itu, "Semoga masnya jadi lebih niat dan serius lagi ya." Sebuah harapan yang pada masa itu penuh kebimbangan. Waktu di mana aku belum tegas dengan arah kaki melangkah dan masih memandang kamu masih seidealis awal kita bersua. 

    Sekarang, kamu sibuk merangkai kepingan mimpi-mimpi yang pernah kamu ceritakan kemarin. Menjalin relasi, dan merealisasikan ide-ide. Aku pun tak keberatan saat puisi yang kuberikan dulu dijadikan nama sebuah karyamu. Saat itupun, terbesit bahwa ada kesempatan untuk kembali. Walau pada akhirnya hanya sebuah kesempatan bias dalam rangkaian yang terkonsep alam semesta. Bagaimana dengan lelaki yang mendekatimu? Satu yang kulihat, dia akhirnya menyerah denganmu. Apa idealismu masih tetap sama seperti kemarin. Atau lelaki itu sama saja seperti diriku yang dulu?

Apakah boleh aku tetap berharap?

Aku akan tetap bahagia, dengan siapapun, apapun, kemanapun pilihanmu. Namun izinkan aku untuk tetap berharap sembari merangkai mimpiku. Karena akhirnya aku sadar, kamu mulai jauh dengan membawa mimpimu. Setidaknya aku juga ingin menjauh dengan membawa mimpiku ini. Adalah hal bodoh untuk berharap. Namun, aku ingin kita nanti bertemu secara langsung dengan menggenggam mimpi masing-masing. Lalu saling bercerita apa yang kita lewati. Entah kita akan kembali duduk bersama atau tidak. Hal terpenting ialah aku ingin kita lekas bertemu dengan cara yang aneh dan apapun itu. Entah hitungan tahun, bulan, hari, jam, menit, atau detik. Biarkan harapan ini tetap berjalan hingga menemukan benang merahnya.

Semoga bertemu kembali, Noky.

 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Satu

 1 Jauh sebelum hari ini, keinginan mati telah terpatri sejak 2013. Selalu terlintas skenario macam apa untuk ku pergi nanti. Tidak sesering dahulu, namun pikiran ini muncul pada saat-saat tertentu. Maka tulisan ini di-ada-kan dan berlanjut hingga entah berapa angkanya, selama pikiran ini tiba-tiba hadir.  Yang kesatu adalah hari ini, tertanggal 12 Maret 2022. Tatapan kosong serta skenario mati muncul kembali setelah beberapa bulan. Entah akan selesai pada satu malam ini atau berlanjut besok? yang pasti, besok adalah yang kedua dari seri ini jika nanti pikiran dari alam bawah sadarku kembali lagi. Selamat malam dunia Surabaya, 12 Maret 2022 Pukul 21.39

Tiga

 3 Bahkan saat aku bersamamu hingga berganti hari, malam ke pagi. Tetap terlintas pikiran mati itu. Walau tidak sefrontal biasanya. Namun pikiran itu selalu terlintas tiba-tiba dalam beberapa detik. Sebenarnya aku ini nafsu cinta atau nafsu untuk segera mati? Kecupan tiba-tiba kita berdua tidak meniadakan pikiran itu.  Perhatian, atau apalah jenis-jenisnya dalam cinta. Aku tidak mendapat kedamaian. Dalam hati kecil terukir harapan untuk segera mati. Besok minggu aku pulang sejenak ke rumah. Entah pikiran ini akan tetap muncul atau tidak. Yang jelas jika cinta dari hubunganku dengannya tidak berhasil mendamaikan pikiranku. Mari lihat dengan jenis cinta pada keluarga. Kalaupun sama, ya mau bagaimana lagi? Mungkin memang sudah saatnya, dalam waktu dekat untuk pulang Dalam perjalanan pulang besok? Surabaya, 18 Maret 2022 Pukul 2.02