Aku mulai merasa terobsesi dengannya. Aku mulai merasa bahagia dengan hubunganku yang sekarang. Namun efek yang kurasakan malah makin sepi. Sepi sehingga mati mulai jadi mimpi yang menggebu (lagi). Aku selalu merindu tangan hangatnya. Selalu ingin dipeluknya. Rindu bau tubuh yang biasa saja namun selalu membuatku ingin terus bersamanya. Aku tau, kebahagian semacam ini muncul ketika aku sudah ikhlas dengan realita laluku kemarin. Namun dari atensi, afeksi, dan sepi. Bisa kusimpulkan bahwa ini mungkin menjadi adiksi. Perjalanan di kehidupan sehari-hari tanpanya yang memang memiliki cabang berbeda. Membuatku selalu merasa sendiri.
Akankah ini berhenti? Aku harap iya. Aku takut menjadi posesif, menjadi pengekang. Aku tidak ingin menjadi itu. Aku ingin tetap merasa bebas dengan afeksi yang tak me-nyepi-kanku. Sungguh, ini benar-benar menyiksa. Mungkin juga ini sebuah balasan dari tindakan di masa lalu, yang kerap kali menghiraukan atensi dan afeksi.
Tolonglah. Tolong hilangkan hal ini dari kognisi. Sungguh, siksaan yang kubenci. Aku makin bingung "siapa aku" ini. Jika pergi menjadi pilihan. Tentunya yang ada hanyalah kehampaan. Sepi tanpa rindu dua arah.Aku tidak tau denganmu, Arlina
Tapi inilah aku saat ini.
Bingung, tetap merindu dan juga
kesepian.
Surabaya, 8 April 2022
22.00 WIB
Komentar
Posting Komentar